...

...

Selasa, 28 April 2009

Perpustakaan Minded

Judul di atas terdiri dari dua kata, yakni ‘perpustakaan’ dan ‘minded’. Perpustakaan adalah kumpulan koleksi, baik buku maupun non buku, yang dikelola secara professional dan dipergunakan oleh pengguna yang terangkum dalam aturan yang telah ditetapkan.  
 Ruang Baca Perpustakaan MTsN Garut
Sedangkan kata ’minded’ adalah kata dalam bahasa Inggris, yakni berupa kata benda yang berasal dari kata ‘mind’. Dalam Kamus Inggris-Indonesia karangan John M. Echols dan Hasan Shadily yang diterbitkan oleh PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta, mind bermakna pikiran, akal, atau ingatan. Sedangkan ‘minded’ adalah bentuk past tense (lampau) dari kata mind, yang berarti sesuatu itu telah dilakukan.

Maka dalam terjemah bebas ‘perpustakaan minded’ dapat diartikan sebagai bentuk kebiasaan orang yang ingatannya tertuju kepada perpustakaan. Akal serta pikirannya selalu mengingat perpustakaan sebagai unsur penting dalam memenuhi kebutuhan inteletualnya.
Saya akan memisahkan antara kebutuhan akan buku dengan topic perpustakaan minded ini, sebab keduanya memiliki perbedaan. Orang yang memiliki kebiasaan membaca dan seorang pencinta buku tidak selalu berbanding lurus dengan kebiasaan berkunjung ke perpustakaan. Artinya seorang pencinta buku tidak serta merta menjadi seorang yang akrab dengan perpustakaan. Saat ini ketika buku menjadi barang mewah dikarenakan harga yang terus melambung, seorang pencinta buku yang memiliki dana berlebih dapat dengan mudah membeli buku yang diminati, sehingga tak harus berkeliling perpustakaan untuk membacanya. Lain halnya dengan pencinta buku yang menggantungkan harapannya dalam memuaskan dahaganya akan buku pada proses pinjam meminjam. Disinilah perpustakaan memainkan peranannya.  
Sebagaimana sebuah kebiasaan, perpustakaan minded dapat diciptakan. Seseorang tidak dengan serta merta memiliki kebiasaan membaca sekaligus ‘perpustakaan minded’ apabila selama hidupnya tak pernah berhubungan dengan buku. Pertanyaannya adalah : siapa yang harus menciptakan atau membiasakan orang agar mememiliki kecintaan membaca sekaligus ‘perpustakaan minded’? 
 Siswa sedang membaca buku baru ( dari Asia Foundation)

Jawabannya bisa sangat beragam. Yang paling dominan adalah orang yang bersangkutan. Ia telah dengan sadar memilih buku sebagai teman dalam segala kegiatannya dan datang ke perpustakaan untuk mencarinya. Bisa juga dengan tidak sengaja lingkungan (rumah dan pergaulannya) memungkinkannya untuk berhubungan terus dengan buku, sehingga mau tidak mau iapun turut mencintai buku dan datang ke perpustakaan. Atau karena gempuran dahsyat dari media untuk terus membaca dengan menyediakan banyak buku pilihan dengan harga miring atau malah gratis (yang terakhir masih dalam angan-angan!) kemudian iapun membelinya lantas menyimpannya di perpustakaan. 

Perpustakaan minded adalah sebuah bentuk pemikiran yang dapat dibuat menjadi tren, menyebar, membudaya, yang akan membawa kita pada suatu masyarakat yang bermartabat. Sebagaimana semua tren, ia harus dipromosikan terus menerus agar orang ingat dan mengikutinya. Perpustakaan dapat berupa perpustakaan pribadi, perpustakaan kantor, atau perpustakaan madrasah.

Mari kita mencoba meruntun semuanya dari awal. Perpustakaan ada di setiap sekolah/madrasah, itu sudah menjadi sebuah keharusan yang pasti. Maka pengelola perpustakaan sekolah/madrasah (selanjutnya kita sebuat pepustakaan madrasah) bekerjasama dengan seluruh elemen madrasah menciptakan sebuah atmosfir yang “menghipnotis” siswa untuk berbondong-bondong mengunjungi perpustakaan dalam upaya mereka mencari bahan belajar yang bervariasi. Untuk itu perlu keterpaduan sikap dan tindakan dari kepala madrasah, seluruh guru, dan karyawan agar pengguna perpustakaan, dalam hal ini siswa dan guru, menjadikan perpustakaan sebagai tujuan pencarian dan penelusuran informasi.

Bila diurai lebih lanjut, yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Manajemen.
Manajemen selalu menjadi titik penting dalam maju mundurnya sebuah organisasi. Maka perpustakaan madrasah harus dikelola oleh petugas professional dengan manajemen yang professional pula. Perpustakaan harus dibuat sebagai tempat yang mudah diakses, tidak ribet, praktis dengan sistem pengelolaan yang ramah dan terbuka. 

2. Kelengkapan koleksi.
Melihat dari fenomena kesuksesan Barack Obama, presiden terpilih Amerika Serikat, ada rahasia di balik keberhasilannya yang bisa kita adaptasi. Tim suksesnya solid, tak kenal lelah, bekerja keras dalam kebersamaan, tidak membiarkan ada kesalahan sekecil apapun, serta tujuan yang jelas. Benang merahnya adalah tim ini selalu melihat keinginan pasar, sehingga pasar kemudian memilihnya. Maka untuk membuat pengguna mengunjungi perpustakaan, pengelola harus bekerjasama dengan para guru, siswa dan semua pihak dalam berusaha mengetahui kebutuhan dan keinginan penggunanya. Apabila perpustakaan mampu mengisi kekosongan pengguna dalam hal kebutuhan informasi dan hiburan maka dapat dipastikan perpustakaan akan dijadikan sebagai tempat favorit. Sistem pendidikan dengan pola pengajaran terintegrasipun dapat dijadikan peluang dalam mengaktifkan siswa di perpustakaan.

3. Pendanaan.
Anggaran yang terrencana dengan baik, jelas dan terarah serta mencukupi kebutuhan menjadi sesuatu yang niscaya. Pemasukan dapat diperoleh dari berbagai sumber yang sebelumnya terlebih dahulu dikomunikasikan dengan seluruh elemen madrasah serta Komite Madrasah.
4. Promosi. Perlu didesain sebuah konsep promosi yang menarik dan beraneka macam bagi pengguna untuk membuat mereka tertarik pada perpustakaan. Bukan hanya sekedar memajang koleksi (buku dan non buku) baru, tapi bagaimana melibatkan mereka dalam kegiatan perbukuan/kepustakaan semisal lomba-lomba, pembuatan majalah dinding, story telling, pustakawan siswa, bedah buku, dan lain-lain. Ide-ide baru dapat digali dari berbagai sumber, diantaranya internet.

Maka tren ‘perpustakaan minded’ bukanlah sesuatu hal yang mustahil. Ia dapat diciptakan oleh kita, praktisi pendidikan, (awalnya) di lingkungan terbatas : madrasah. Kelak anak-anak akan membawa kebiasaan mereka ke dalam lingkungan dan masyarakatnya. Maka perpustakaan tidak lagi hanya menjadi sebuah gudang buku, melainkan tempat favorit anak-anak muda. Amiiin 



Jumat, 24 April 2009

Bulan Gemar Membaca dan Kunjung Perpustakaan

 Lomba Cerdas Cmat

Salah satu kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh perpustakaan MTsN Garut adalah lomba antar kelas dalam rangka mengisi Bulan Gemar Membaca dan Kunjung Perpustakaan (BGMKP).

Program ini dilaksanakan dalam upaya meningkatkan minat baca di kalangan siswa. Dengan kegiatan yang menyenangkan di luar kelas, diharapkan siswa semakin terdorong untuk belajar mandiri dan secara signifikan semakin meningkatkan minat bacanya.

BGMKP ini sejatinya dicanangkan sejak tahun 1994 di era Orde Baru oleh Bapak Soeharto. Dan sejak saat itu muncul perhimpunan serta komunitas buku dan gemar membaca. Entah karena promosi yang kurang atau bagaimana, tak banyak yang memanfaatkan momentum ini sebagai gebyar dan gempita perbukuan serta kegiatan membaca. Kalaupun ada hanya sebatas dalam  komunitasnya saja.

MTsN Garut melaksanakan kegiatan ini sejak tahun 1997, dan terus berlangsung hingga sekarang. Di bulan September, setiap tahunnya, siswa MTsN dari setiap jenjang ( kelas 7 sd 9) berlomba dalam bidang : pembuatan sinopsis, mengarang fiksi Islami, lomba majalah dinding, baca puisi, reading, pidato, melukis tempat sampah, cerdas cermat, MTQ, MHQ, dll.

 Lomba menulis karangan fiksi

BGMKP hanyalah satu dari sekian banyak upaya pengelola perpustakaan MTsN Garut untuk meningkatkan minat baca di kalngan siswa. Selebihnya ada upaya pengenalan buku melalui storry telling serta memberikan pemahaman tentang ilmu kepustakaan melalui ekstra kurikuler "pustakawan siswa".

Mengenai pustakawan siswa ini,  kita bahas di kolom berikutnya.